Senin, 17 Juni 2013

Pakan Lele Organik Sebagai Alternatif Pakan Lele Yang Murah


Budidaya Ikan Lele Organik Dengan Pakan Rumput Azolla

Melambungnya harga pakan pabrikan dengan harga jual yang tidak sebanding dengan harga pakan sangat memberatkan petani lele. Sudah sangat banyak petani lele yang gulung tikar, dan banyak juga yang beralih budidaya ke ikan lain yang lebih mudah.
Padahal prospek ikan lele semakin hari semakin diminati bahkan tidak hanya di dalam negeri akan tetapi sampai ke mancanegara. Saya pribadi sebagai pemilik Pemilik kolamsudah banyak mendengar keluhan langsung dari petani lele. Belum lagi timbulnya permasalah teknis seperti ikan lele mati mendadak, kematian tinggi, penyakit dll yang akan menurunkan hasil produksi.
Lalu apakah harus terus seperti ini?

Yang harus dirubah adalah pola pikir dari petani itu sendiri.Mengapa??? Sejak era revolusi hijau dan order baru dengan berbagai macam penemuan teknologi, petani diindonesia sudah dibiasakan dengan teknik budidaya yang instan dan cepat. Pupuk kimia untuk meningkatkan hasil, pestisida kimia untuk membasmi tuntas hama, di perikanan penggunaan pelet yang mudah dan cepat, pemberian obat kimia pada ikan yang sakit, pemberian antibiotik pada pembudidaya udang,semua itu adalah tehnik budidaya yang instan. Hasilnya bisa diliat pada saat ini...peledakan hama, berkurangnya kesuburan tanah, pelandaian hasil produksi, ditolaknya udang eskpor indonesia akibat kandungan antibiotik yang tinggi, pakan yang melambung tinggi, kematian ikan yang semakin  banyak.
Padahal sesuai dengan filosofi yang sudah saya sampaikan "ALAM TIDAK TERBURU-BURU,ALAM BUTUH WAKTU, NAMUN ALAM AKAN MEMBERIKAN SESUATU YANG KITA BUTUHKAN." (Bapak gunawan)

Kemudian muncullah solusi yang dianalogikan untuk kembali ke alam (GO GREEN) .Pakan pabrikan dibuat lebih sebagai pakan pendamping saja jangan dijadikan pakan utama. Bahkan bisa 100% tanpa pakan pabrikan. Dicarilah solusi pakan alternatif dan pakan alami.
Haruslah kita bijak dalam membudidaya, jangan hanya karena kita ingin keuntungan cepat, memberi sesuatu yang instan kepada ikan, selalu bernafsu ikan cepat besar sesuai keinginan kita. TAPI..apakah kita sudah memberikan lingkungan hidup yang TEPAT untuk kehidupan ikan kita? Apakah kita hanya petani ikan yang rakus tanpa menghiraukan lingkungan hidup ikan yang kita pelihara? sama halnya seperti kita, jika kita tinggal ditempat yang nyaman maka kita akan semakin produktif dan semangat. Begitu pula ikan, ketika kita sudah memberikan lingkungan hidup yang tepat sesuai di habitatnya saya akan jamin 100% tidak hanya pertumbuhan ikan yang cepat akan tetapi kita bisa menghasilkan ikan yang sehat.
Apa yang harus kita lakukan untuk budidaya lele organik? Tentu saja kita menciptakan lingkungan itu sendiri, dengan memberikan pakan-pakan alami yang sudah ada di habitat aslinya. Pakan-pakan alami seperti mikroorganisme yang hidup di air seperti plankton dan cacing kecil. Plankton Nabati seperti Diatomae, Chlorella sp, Spirulina sp, Tetraselmis sp. Plankston Hewani Branchious sp, Infusoria sp, Kutu Air, Cacing tubifex.

Pakan alami itu bisa kita kembangkan dan kita budidayakan sebagai persiapan pakan buat ikan lele. Bahkan tidak akan pernah kehabisan karena pakan alami akan terus berkembang biak. Namun pakan alami tidak bisa membuat ikan kenyang. Di sisi lain kita perlu membuat pakan buatan sendiri dengan bahan-bahan alami pula dan ditambah dengan azolla sebagai campuran. Dengan pemberian pakan 3 kali sehari. Sudah saya postingkan dibawah tentang kemampuan azolla sebagai pakan protein yang baik untuk ikan lele.
Artikel ini kami harap sebagai renungan kita bersama, kita sadar sebagai mahluk yang berakal dan berfikir hendaklah kita bijaksana dalam mengolah potensi alam. Jadikan apa yang kita usahakan sebagai ibadah dan mencari penghidupan.

Dengan Rumput Azolla, Petani Lele Sumatera Menghemat 40 Persen Biaya Pakan

Untuk menekan biaya produksi ikan lele, seorang pembudidaya lele di Kota Sumatera menggunakan tumbuhan yang hidup mengapung di air jenis azolla (azolla microphylla) sebagai pakan utama ikan lele budidayanya.
Untuk membuat pakan lele itu, Budi mendatangkan azola dari Magelang, Jawa Tengah. Di Magelang rata-rata peternak ikan lele telah menggunakan rumput sebagai pengganti pakan ikan buatan pabrik.
Ia mengatakan, di Sumatera hingga kini belum ada peternak yang menggunakan pakan lele dari azola, padahal, pengembangkan azola sebagai bahan pakan lele sangat mudah dan dan tidak membutuhkan kolam yang luas.
Sekarang ini pakan alternatif ikan lele tersebut sudah berkembang dalam jumlah besar dan ini menjadi makanan utama ikan lele.
“Kami tidak menggunakan pakan pabrikan (pelet). Hanya rumput ini tetapi ikan lele cepat besar dan beratnya sama dengan menggunakan pelet,” katanya.
Harga ikan lele di pasaran saat ini berkisar Rp20.000,00 per kilogram.
Budi mengaku, banyak keuntungan menggunakan pakan alternatif antara lain menekan biaya produksi sampai 40 persen dan lele yang dihasilkan tidak mengandung kolestrol.
Ia berharap suatu saat semakin banyak orang yang mengetahuinya dan mengembangkan pakan alternatif ikan lele tersebut sehingga mereka paling tidak bisa mengurangi biaya pakan.
Akibat banyak orang yang belum mengetahui manfaat makan ikan lele sehingga mereka lebih memilih mengkonsumsi ikan air tawar seperti ikan mas, mujair dan gabus.
Jika anda ingin menekan biaya produksi ikan lele, pakan alternatif ini layak dicoba dan hasilnya pun telah luar biasa dibuktikan oleh Budi di Sumatera, biaya produksi dapat ditekan sampai 40 persen dengan menggunakan rumput azola sebagai pakan utama.

Azolla Pupuk Hidup Juga Pakan Alternatif Lele 

Alga hidup di rongga yang ada di sisi permukaan bawah daun Azolla. Hubungan simbiotik yang unik inilah yang membuat Azolla menjadi tumbuhan yang menakjubkan dengan kualitas nutrisi yang baik.
Azolla memiliki beberapa spesies, antara lain Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnataAzolla pinnata var. imbricataAzolla rubra.
Sementara kandungan karbohidrat dan lemak Azolla sangat rendah. Komposisi nutrisinya membuat Azolla sangat efisien dan efektif sebagai pakan ikan, ternak, dan unggas.  Azolla juga dapat dijadikan pakan untuk biri-biri, kambing, babi, dan kelinci. Di Cina, budidaya Azolla bersama dengan padi dan ikan meningkatkan produksi beras sebanyak 20% dan ikan sebanyak 30%.
Salah satu sumber N alternatif yang cocok untuk padi sawah adalah Azolla N2 yang ‘ditambang’ oleh Anabaena dan  terakumulasi dalam sel daun Azolla ini yang digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah. Laju pertumbuhan Azolla dalam sehari  0,355 – 0,390 gram (di laboratorium) dan 0,144 – 0,860 gram per hari (di lapang). Jika tidak punya ternak, tidak salah juga menumbuhkan azolla di kolam atau di pot tanaman kita yang kita beri air. Azolla seperti super sponge, dapat mengambil dan menyimpan air. Bagaimana cara memperbanyak Azolla ?
Dari hasil browsing, kira-kira seperti ini: Buatlah stok Azolla dengan bak plastik atau di kolam yang tidak ada ikannya..
Lalu bagaimana cara menggunakan Azolla ?
Setelah bibit Azolla tumbuh dengan baik, tebar Azolla bersamaan atau satu minggu sebelum padi di bibitkan. Setelah lahan penuh dengan Azolla, lahan dibajak agar Azolla terbenam. Selanjutnya dilakukan penaman padi dan Azolla yang tidak terbenam dibiarkan tumbuh.  Azolla yang tumbuh di permukaan ini dapat mengambil N yang hanyut dan menguap, selain dapat pula menahan pertumbuhan gulma yang menjadi pesaing padi. Sebaiknya di adaptasikan dulu di kolam kecil untuk diadaptasikan dengan lingkungan yang baru. Lalu baru ditransplantasikan ke kolam induk.
Untuk menyediakan nitrogen, azolla ditumbuhkan dalam sistem ini. Azolla memberikan nitrogen bagi padi dan protein bagi bebek yang bertugas menekan pertumbuhan gulma.

Pengertian Azolla


Azolla merupakan satu-satunya genus dari paku air mengapung suku Azollaceae. Terdapat tujuh spesies yang termasuk dalam genus ini. Suku Azollaceae sekarang dianjurkan untuk digabungkan ke dalam suku Salviniaceae, berdasarkan kajian morfologi dan molekular dari Smith et al. (2006) (lihat artikel tumbuhan paku).
Azolla dikenal mampu bersimbiosis dengan bakteri biru-hijau Anabaena azollae dan mengikat nitrogen langsung dari udara. Potensi ini membuat Azolla digunakan sebagai pupuk hijau baik di lahan sawah maupun lahan kering. Pada kondisi optimal Azolla akan tumbuh baik dengan laju pertumbuhan 35% tiap hari Nilai nutrisi Azolla mengandung kadar protein tinggi antara 24-30%. Kandungan asam amino essensialnya, terutama lisin 0,42% lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat jagung, dedak, dan beras pecah (Arifin, 1996) dalam Akrimin 2002.
Tanaman Azolla Sp. memang sudah tidak diragukan lagi konstribusinya dalam memengaruhi peningkatan tanaman padi. Hal ini telah dibuktikan dibeberpa tempat dan beberapa negara. Konstribusi terbesar azolla adalah dengan menjaga hasil panen tetap tinggi. Meskipun penggunaannya sebagai pupuk hijau pada tanaman padi masih dilakukan di China dan Vietnam, dengan adanya peningkatan biaya tenaga kerja, membuatnya kurang diminati.
Meskipun demikian, seiring dengan perkembangan pupuk hijau, penggunaan azolla ini kini lebih banyak dimanfaatkan untuk budidaya perikanan. Dengan adanya mindazbesi yang menggabungkan mina padi dengan azolla, selain menjadikannya sebagai pakan perikanan juga konstribusi dapat digunakan untuk peningkatan produksi padi.











Azolla caroliniana
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:Plantae
Divisi:Pteridophyta
Kelas:Pteridopsida
Ordo:Salviniales
Famili:Salviniaceae
Genus:Azolla

Jenis

Terdapat tujuh jenis Azolla:
Asia
  • Azolla japonica Franch. & Sav. dari Jepang
  • A. filiculoides Lam.
  • A. pinnata R. Br. dari Asia Tenggara, juga dari Afrika
Afrika
  • A. nilotica Dcne. ex Mett.
Amerika
  • A. caroliniana Willd., dari Amerika Utara
  • A. mexicana Presl., dari Meksiko
  • A. microphylla Kaulf.

Klasifikasi Azolla pinnata
Menurut Simanjuntak (2005) menyatakan bahwa tumbuhan Azolla pinnata
dalam taksonomi tumbuhan mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Leptosporangiopsida (heterosporous)
Ordo : Salviniales
Family : Salviniaceae
Genus : Azolla


Spesies : Azolla pinnata



Morfologi Tanaman Azolla pinnata
Daun
Daun Azolla pinnata terdiri dari 2 cuping, cuping bagian tengah sirip
belakang dan sirip perut tipis tetapi berukuran agak besar. Pada bagian sirip
belakang ada klorofil, kecuali pada bagian tepi atau pinggir yang transparan terisi
oleh koloni Anabaena. Cuping yang berklorofil merupakan tempat
berlangsungnya proses fotosintesis dan simbion yang Anabaenanya berbeda.
Cuping bagian bawah tidak berwarna dan fungsinya sebagai pengapung (Lumpkin
and Plucknet, 1982). Menurut Anonymous dalam Setiyowati (1997) menyatakan
bahwa tanaman Azolla pinnata mempunyai jumlah stomata yang banyak terdapat
dipermukaan daun yang tersusun secara vertical dan tiap 1 mm terdapat kira-kira
100 stomata (Gambar 2.1).Gambar 2.1. Azolla pinnata

Akar
Tanaman Azolla pinnata mempunyai akar yang muncul pada sisi bawah
batang utama yang berfungsi sebagai pengambil air dan mineral-mineral, serta
nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Panjang akar bervariasi sesuai
dengan varietasnya yaitu sekitar 1,5-11 cm. Akar Azolla pinnata mengantung di
dalam air (Arifin, 1996).

Batang dan Cabang
Azolla pinnata tidak mempunyai batang, tetapi berupa rimpang. Pada
cabang tanaman Azolla pinnata terdapt akar-akar yang menempel yang tersusun
rapi seperti rambut yang lebat tumbuh secara horisontal dipermukaan air. Batang
(rimpang) utama tidak bercabang secara bergantian, setiap cabang terdapat daun
yang saling menindih (Djojosuwito, 2000).

Syarat Tumbuh Tanaman Azolla pinnata
Faktor lingkungan yang menjadi syarat untuk pertumbuhan Azolla
pinnata adalah sebagai berikut:

Air
Ketersediaan air harus mencukupi selama pertumbuhan Azolla pinnata. Ini
disebabkan Azolla pinnata merupakan tanaman air yang tumbuh dan berkembang
di atas permukaan air. Air yang cukup selama pertumbuhannya dapat
meningkatkan laju pertumbuhan relatif, total biomassa dan kandungan nitrogen
(Arifin, 1996).

Unsur Hara
Unsur hara sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan Azolla pinnata,
terutama unsur Phospor (P). Kekurangan phosphat pada Azolla pinnata ditandai
oleh penampilan tumbuhan yang kecil, warna daun agak merah tua, vigor rendah.
Kekurangan total nitrogen (N) tanaman Azolla pinnata daun mengerut dan
berwarna merah kehitam-hitaman, pertumbuhan akar menjadi keriting. Bila
kebutuhan unsur hara kurang tersedia dalam kultur air maka akar tanaman
mengalami pemanjangan untuk mengambil unsur hara yang dibutuhkan (Arifin,
1996).

Derajat Keasaman (pH) Air

Azolla pinnata dapat hidup yang mempunyai derajat keasaman (pH) pH
3,5-10 bila faktor-faktor lainnya telah memenuhi syarat pertumbuhannya.
Airdengan pH terlalu rendah dapat menimbulkan keracunan alumunium (Al) dan besi
(Fe) serta defisiensi fosfor. Ketersediaaan Fe dipengaruhi pH apabila nilai pH
yang semakin tinggi, maka Fe semakin rendah.pertumbuhan Azolla pinnata paling
baik terjadi pada ketersediaan Fe 0,01 meq/l – 0,02 meq/l (Djojosuwito, 2000).

Cahaya
Cahaya sangat dibutuhkan oleh tanaman Azolla pinnata untuk
pertumbuhan dan perkembangan selain itu diperlukan dalam proses fotosintesis
dan penambatan nitrogen diudara. Oleh karena itu kecepatan pertumbuhan dan
aktivitas dalam penambatan nitrogen dipengaruhi oleh cahaya yang diterima oleh
tanaman Azolla pinnata. Kisaran cahaya yang dibutuhkan tanaman Azolla pinnata
adalah antara 25-50% (Lumpkin dan Plucknet, 1982).

Perbanyakkan Azolla pinnata
Azolla pinnata dapat berkembangbiak dengan 2 cara, yaitu secara vegetatif
dan generatif (fragmentasi). Perbanyakan vegetatif terjadi dengan cara pemisahan
cabang samping dari cabang utama, yang dapat membentuk tumbuhan baru.
Waktu penggandaan biomassa Azolla pinnata terjadi sekitar 3-5 hari.
Pertumbuhan cabang samping sampai menjadi Azolla pinnata memerlukan waktu
10-15 hari. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian, Jurusan
Mikrobiologi UGM Yogjakarta menunjukkan bahwa bibit Azolla pinnata
sebanyak 0,5 ton disebarkan dalam hamparan seluas 1 hektar tanah sawah, dalam
tempo 2 hari berkembang menjadi 20 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
waktu 2 minggu, Azolla pinnata telah berlipat menjadi 40 kali bibit awal yang
ditebarkan.
Pada tumbuhan yang sudah tua Azolla sp dapat membentuk sporacarp
(seperti kapsul), yang terletak dibawah daun. Pada umumnya terdapat sepasang
sporacarp yaitu mikrosporocarp dan megasporocrap. Microsporocrap berisi 7-
100 microsporangium dan tiap microsporocrap, yang berisi microspora.
Megasporocrap hanya membentuk satu megasporocrap, yang berisi megaspora.
Megaspora dan microspora berkecambah membentuk microgametofit (gametofitjantan) dan megagametofit (gametofit betina). Kemudian, gametofit jantan
berkembang menjadi sel sperma yang dapat membuahi sel telur gametofit betina.
Sel-sel hasil peleburan gametofit jantan dan gametofit betina tumbuh menjadi
sporofit, yang berkembang menjadi tumbuhan Azolla pinnata diploid proses
terjadi pertumbuhan ini di dalam air (Gambar 2.2) (Djojosuwito, 2000).





Simbiosis Azolla Pinnata Dengan Anabaena Azollae


Selama hidupnya Azolla pinnata bersimbiosis dengan ganggang hijau-biru
yang menumpang tinggal dalam rongga di antara klorofil daun. Azolla pinnata
menyediakan tempat berlindung dan hasil fotosintesis bagi Anabaena, sedangkanAnabaena memfiksasi nitrogen dari udara bagi Azolla pinnata. Hubungan ini
menyebabkan Azolla pinnata dapat tumbuh berkembang secara vegetatif dengan
sangat cepat dan mengakumulasi nitrogen dalam jumlah yang sangat besar.
Kemampuan simbiosis Azolla pinnata dengan Anabaena untuk mereduksi
nitrogen dari atmosfer menjadi ammonia melalui enzim dnitrogenase telah dilalui
dengan baik dalam lingkungan air. Simbiosis Azolla pinnata dengan Anabaena
terjadi pada rongga pangkal daun Azolla pinnata. Pada simbiosis ini proses
penambatan N udara dilakukan oleh ganggang biru dan N yang ditambat diberikan
pada tanaman Azolla pinnata. Di bagian tengah dekat pangkal pada sisi bawah
daun atas terdapat rongga daun (Gambar 2.3).


Rongga-rongga daun tersebut
dibentuk dalam lapisan epidermis. Bentuknya cekungan dan di setiap rongga daun
terdapat ganggang biru. Ganggang biru yang bermukim dalam rongga daun Azolla
pinnata biasanya anggota suku nostocaseae yaitu Anabaena azollae. Didalam
rongga daun Azolla pinnata ganggang biru berada pada lender yang mengisi
rongga tersebut. Lendir disekresikan oleh bulu-bulu yang terdapat didalam rongga
(Khan,1982).

Gambar 2.3. Irisan lembar daun atas Azolla sp. An adalah serabut
Anabaena (Abdulkadir, 1976 dalam Setiyowati 1997)Asosiasi Azolla pinnata dengan Anabaena azollae saling menguntungkan karena dapat mengikat nitrogen, sedangkan Azolla pinnata memberikan
perlindungan kehidupan bagi Anabaena azollae. Penambatan nitrogen
dipengaruhi oleh kandungan unsur hara tertentu dalam medium tumbuhnya dan
keadaan lingkungan (Gambar 2.4).


Gambar 2.4. Hubungan simbiosis antara Azolla sp dan Anabaena azollae

(Ladha ,J. K dan Watanabe, I. 1987)


Kandungan Nutrusi Azolla


  • Kandungan unsur hara dalam Azolla (Sumber: http://www.batan.go.id)
UnsurJumlah
N
P
K
Ca
Mg
S
Si
Na
Cl
Al
Fe
Mn
Co
Zn
1.96-5.30 (%)
0.16-1.59 
(%)
0.31-5.97 
(%)
0.45-1.70 
(%)
0.22-0.66 
(%)
0.22-0.73 
(%)
0.16-3.35 
(%)
0.16-1.31 
(%)
0.62-0.90 
(%)
0.04-0.59 
(%)
0.04-0.59 
(%)
66 - 2944 (ppm)
0.264 (ppm)
26 - 989 (ppm)

  • The Elemental composition for Azolla on a dry weight basis (Sumber: http://www.ineedcoffee.com/06/azolla/)

%
NITROGEN2.5-3.5
PHOSPHORUS0.15-1.00
POTASSIUM0.25-5.50
CALCIUM0.45-1.25
MAGNESIUM0.25-0.50
SULPHUR0.20-0.75
SILICA0.15-3.50
SODIUM0.15-1.25
CHLORINE0.50-0.75
ALUMINIUM0.04-0.50
IRON0.04-0.50
MANGANESE(ppm )60-2500
COPPER(ppm )2-250
ZINC(ppm )25-750

  • Chemical Analysis of Azolla on a dry weight basis (Sumber: http://www.ineedcoffee.com/06/azolla/).

% on dry matter basis.
ASH10.00
CRUDE FAT3.0-3.5
CRUDE PROTEIN20-25
SOLUBLE SUGARS3.0-3.5
STARCH6.0-6.5
CHLOROPHYLL-A0.25-0.50